Indonesia sebagai surganya startup memiliki prospek cerah bagi bisnis developer sebagai kunci dalam tumbuh kembangnya sebuah startup. Apa itu startup dan apa itu bisnis development, serta apa peranannya dalam pengembangan startup, simak artikel ini.
Dalam dunia usaha, istilah startup sudah tidak asing lagi bagi banyak orang, demikian juga dengan pengembangan bisnis atau business development. Pada saat ini di mana pemerintah memberikan dukungannya bagi pelaku usaha untuk mengembangkan startup, kedua istilah tersebut menjadi lebih sering muncul secara berbarengan dalam berbagai media.
Tidak sedikit ulasan yang membahas tentang bisnis development dalam startup. Banyak perusahaan startup membuka lowongan pada posisi bisnis development. Namun belum tentu setiap orang mengerti apa itu pengembangan bisnis, apalagi posisi maupun peranannya dalam mengembangkan sebuah startup.
Pengertian Startup
Startup yang dalam bahasa Inggris secara harafiah dapat diartikan sebagai rintisan. Sebagai salah satu istilah dalam dunia bisnis, startup merujuk kepada perusahaan rintisan. Sesuai dengan artinya, usaha atau bisnis startup merupakan suatu usaha yang masih baru memulai perjalanannya, dengan harapan dapat berkembang dengan cepat dengan menguasai salah satu segmen pasar.
Sebelum mengulas startup lebih lanjut, maka kita juga perlu mempelajari fenomena dot com bubble yang terjadi dalam dunia bisnis pada tahun 90 an. Diawali dengan semakin mudahnya akses internet pada saat itu, menyebabkan terjadinya lonjakan drastis perusahaan-perusahaan yang berbisnis melalui internet. Hal tersebut lantas diikuti dengan melonjaknya indeks pasar saham dunia, yang berakhir dengan tutupnya perusahaan-perusahaan dot com tadi.
Semenjak kemunculan fenomena gelembung dot com, istilah startup semakin populer digunakan pada usaha-usaha yang menggunakan teknologi informasi untuk melakukan penetrasi pasar dan masih dalam tahap merintis. Selain itu, bisnis startup biasanya mengusung konsep yang belum berani diterapkan oleh pelaku bisnis konvensional, dan mengharapkan dapat meraih sukses dalam waktu yang relatif singkat.
Sehingga tanpa suatu konsep yang kuat dari riset maupun hasil analisis yang matang, sebuah startup dapat juga dikatakan sebagai suatu usaha oportunis yang melakukan spekulasi dengan menggunakan teknologi informasi sebagai media utamanya untuk menguasai pasar.
Dengan memperhatikan fenomena di atas, perlu kita pahami jika dalam mengembangkan startup, tidak hanya dibutuhkan sebuah konsep yang “out of the box”, namun juga hasil riset yang mendalam terkait dengan produk, manajemen, pasar maupun kondisi sosial ekonomi target pemasaran dari startup tersebut, agar usaha tersebut tidak melakukan suatu spekulasi dalam pengembangannya.
Business Development
Bisnis Development merupakan suatu kegiatan maupun proses yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi sebuah usaha, baik dari segi profit maupun skala dari usaha tersebut. Dalam pelaksanaannya pengembangan usaha secara integral menggerakkan khususnya aspek pemasaran, kemitraan, riset produk dan manajemen dari usaha tersebut, untuk mencapai kondisi yang lebih baik dari yang sudah ada.
Dengan memperhatikan Pengembangan bisnis atau bisnis development dalam istilah lain, bukanlah barang baru dalam dunia usaha. Karena setiap usaha perlu melakukan hal ini agar usahanya dapat berkembang menjadi lebih maju. Demikian juga pada dunia startup, bagi startup yang telah berhasil, tanpa disadari ataupun tidak, mereka telah menerapkan bisnis development pada saat mengembangkan startup mereka.
Ruang lingkup dari bisnis development pada suatu usaha sekilas mirip dengan Riset and Development (RND) yang dikombinasikan dengan marketing, namun mereka memiliki kapasitas yang lebih besar dari pada RND dan pemasaran. Hal ini disebabkan karena bisnis development tidak hanya sebatas melakukan penjualan dan riset saja, namun mereka juga menyusun bisnis proses dan terlibat dalam pelaksanaannya.
Dengan ruang lingkup kegiatan bisnis development yang cukup luas tersebut, memang idealnya posisi seorang bisnis development manajer pada sebuah startup, setidaknya berada pada level manajemen menengah. Agar mereka dapat lebih efektif dalam mengembangkan startup tersebut.
Dengan fungsinya tadi, setiap orang yang berada pada barisan bisnis development, setidaknya memliki kemampuan untuk :
- Melakukan suatu riset dengan mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan produk, pasar maupun kondisi internal sebuah usaha.
- Menyusun bisnis proses berdasarkan hasil riset.
- Menyusun rencana jangka pendek maupun jangka panjang dalam hal pemasaran, pengembangan produk maupun proses manajemen dari usaha tersebut.
- Menganalisis dan membuat kontrak dengan mitra-mitra yang berpotensi dapat mengembangkan jangkauan pemasaran produk.
Dari penggambaran di atas, sudah jelas jika seorang bisnis develpoment manajer yang handal, memang sangat dibutuhkan keberadaannya dalam mengembangkan startup. Dalam pemikiran sedehana, dapat diibaratkan jika sebuah startup adalah sebuah komputer, maka bisnis development adalah OS-nya yang mensinergikan setiap bagian hardware yang ada, agar dapat bekerja dengan optimal melayani pengguna komputer tersebut.
Tantangan Bisnis Development Dalam Startup
Dalam mengembangkan startup, bisnis development tidak hanya dituntut menjual produk yang dimiliki oleh startup tersebut, karena hal tersebut merupakan fungsi dari marketing. Seorang bisnis developer yang handal dituntut dapat menciptakan pasar bagi startup yang dikembangkannya. Dengan demikian startup tersebut nilai jualnya akan menjadi lebih tinggi dari sebelumnya, serta produk yang dihasilkan maupun akan dihasilkan oleh startup tersebut dapat diterima oleh konsumennya.
Bukanlah suatu hal yang mudah, untuk mengembangkan startup, yang nota bene merupakan sebuah usaha yang masih dalam taraf merintis. Banyak tantangan yang perlu dihadapi oleh bisnis development untuk dapat membesarkan usaha rintisan yang dijalaninya.
1) Mendefinisikan Kebutuhan Konsumen
Tantangan pertama yang perlu dihadapi oleh bisnis development agar startupnya berhasil adalah mendefinisikan kebutuhan konsumen atas produk yang dihasilkan oleh usahanya. Misalnya kalau kita belajar dari startup yang sudah berhasil di Indonesia, Gojek, pada awalnya produk mereka adalah jasa transportasi roda dua, yaitu ojek yang saat itu masih belum jelas pasarnya.
Dengan berbagai upaya dan kampanye bisnis yang mereka lakukan, Gojek telah berhasil memperluas jangkauan produknya dengan citra ‘ojek untuk setiap kebutuhan’. Dari slogan tersebut dapat melihat jika kebutuhan pengguna jasa transportasi roda dua atau ojek adalah tipe konsumen yang malas bergerak atau tidak memiliki waktu untuk bergerak, dengan demikian mereka membutuhkan layanan yang dapat mengantarkan diri mereka maupun keperluan mereka dengan cepat dan mudah sampai pada tujuannya.
2) Mendapatkan Kepercayaan Konsumen
Tantangan berikutnya setelah kebutuhan konsumen dapat terdefinisi dengan baik adalah bagaimana mendapatkan kepercayaan dari konsumen agar mau menggunakan produk tersebut. Seseorang tidak akan mau menggunakan sebah produk apabila dia tidak percaya produk tersebut dapat memberikan suatu manfaat sesuai keinginannya.
Tidak mudah untuk membuat orang untuk percaya jika sebuah produk merupakan kebutuhannya dan sesuai dengan keinginannya, karena di sini ada dua kondisi yang perlu di pahami oleh development manajemen, yaitu :
- Kenapa konsumen membutuhkan produk tersebut.
- Apa yang diinginkan konsumen dari produk tersebut.
Setelah kedua kondisi tersebut dapat terpenuhi, masih ada satu kondisi lagi yang perlu dipahami oleh pengembang bisnis, yaitu bagaimana menyampaikannya kepada konsumen, agar konsumen mengetahui bahwa produk tersebutlah yang mereka butuhkan dan mereka inginkan.
Dari ketiga kondisi di atas, kalau kita masukkan kepada contoh perjalanan Gojek, maka akan diperoleh jawaban :
- Banyak orang membutuhkan transportasi yang dapat membantu mereka melintasi kemacetan lalu lintas.
- Orang yang menggunakan jasa ojek menginginkan layanan yang praktis yang dapat digunakan dengan aman dan nyaman. Pada saat itu sudah ada ojek konvensional, namun image yang berkembang pada kebanyakan orang, ojek konvensional tidak memiliki kejelasan tarif, dan ada kekhawatiran menumpang dengan orang yang tidak dikenal.
Kedua kondisi tersebut berhasil dijawab oleh Gojek yang dapat menghadirkan ojek ramah pengguna dengan kejelasan tarif. Selain itu mereka juga berhasil menyampaikannya kepada konsumen melalui berbagai media maupun, dengan seragam yang awalnya diberikan gratis kepada pengemudi Gojek.
Sehingga dalam waktu yang relatif singkat setelah dipublikasi, pada saat itu Gojek berhasil mendapatkan banyak pengguna maupun pengemudi ojek online, yang menjadi landasan bagi mereka untuk mengembangkan startup tersebut hingga saat ini.